Friday, February 23, 2018

Makalah Tentang Wayang Golek



Daftar isi


Daftar isi .........................................................................................................................................

Bab I pendahuluan ..........................................................................................................................
A. Latar belakang ............................................................................................................................

Bab II………………………………………..................................................................................
A. permasalahan ..............................................................................................................................

Bab III Pembahasan………………….............................................................................................
A. Sejarah …………….. ................................................................................ ……………………
B. jenis - jenis wayang golek  ............................................................................. ………………...
C. pembuatan wayang golek ..........................................................................................................
D. Nilai budaya pada wayang golek................................................................................................
E. Kondisi kesenian wayang golek ……………………………………………………………….
F. Apakah kesenian wayang golek akan punah…………………………………………………...

Bab IV penutup………………….. ...............................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................................................

Daftar pustaka ……………………...............................................................................................









BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".https://semangatsekolahsma.blogspot.com/2018/02/makalah-tentang-wayang-golek.html












BAB 2


B.       Permasalahan
1.    Bagaimana asal mula adanya wayang golek?
2.    Apa saja jenis-jenis wayang golek?
3.    Bagaimana cara pembuatan wayang golek?
4.    apa saja budaya yang terkandung dalam kesenian wayang golek?
5.    Bagaimana kondisi kesenian wayang golek di era globalosasi?
6.    apakah kesenian wayang goilek akan punah?





























BAB 3
PEMBAHASAN

A.      Sejarah
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.







B.       Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepakwayang golek purwa, danwayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.

C.      Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

D.      Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.




 
E.      Kondisi Kesenian Wayang Golek 

1.      Pagelaran Wayang Golek
Wayang golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu. Dalam pertunjukan wayang golek, terdapat beberapa peran atau faktor internal yang mendukung pementasan wayang golek, diantaranya adalah peran sentral tentulah dengan adanya seorang dalang, para nayaga (pemukul gamelan), dan sinden. Dalang adalah orang yang memainkan wayang, sedangkan sinden adalah penyanyi wanita pada seni gamelan jawa atau pada pementasan wayang. Pada pertunjukan wayang golek biasanya lakon yang sering dipertunjukkan adalah lakon karangan, hanya kadang-kadang saja dipertunjukkan juga lakon galur. Hal ini seakan menjadi sebuah tolak ukur bagi seorang dalang untuk memberikan suatu nuansa baru atau kecerdasan dalam berinovasi dalam menciptakan suatu pementasan wayang golek yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Dede Amung Sunarya, Cecep Supriadi dll.
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pagelaran Wayang Golek adalah karawitan Sunda yang berlaraskan pelog/salendro. Instrumen musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending, adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
1.       Saron 1 Saron 2 – Peking – Demung – Selentem
2.       Bonang – Rincik – Kenong – Gambang
3.       Rebab – Kecrek – Kendang – Bedug Gong
Kedudukan musik dalam pergelaran wayang golek demikian pentingnya, ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertunjukan itu sendiri. Mulai dari tatalu (overture) kawin/lagu, tari dan perang wayang, dialog, pembangunan suasana, pengisi celah antar adegan, semuanya diiringi dengan musik di samping itu, musik itu pun harus disesuaikan dengan karakter-karakter wayang yang diiringinya.
2.      Kondisi Kesenian Wayang Golek Pada Masa Kejayaanya
Pada zaman dahulu, kesenian wayang golek dalam masyarakat selain difungsikan sebagai suatu hiburan tontonan semalam suntuk, akan tetapi memiliki fungsi yang relevan sebagai suatu kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, yaitu kebutuhan spiritual maupun material, secara yang memberikan suatu pesan dan moral dalam sosial masyarakat sedangkan secara material dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. Pada masyarakat pedesaan, wayang golek dapat dijadikan alat untuk mengukur status sosial seseorang. Artinya apabila di kampung mereka ada orang yang menanggap wayang golek, apalagi dalangnya ternama, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut dapat dikatagorikan sebagai orang berada.

3.      Kondisi Kesenian Wayang Golek Pada Saat Ini
Ditengah era modern seperti sekarang ini, keberadaan kesenian wayang golek mulai terancam punah. Hal itu bisa terjadi jika tak ada generasi bangsa ini yang melestarikan kesenian yang sudah bertahuntahun tumbuh di Tanah Air kita. Hidup matinya Wayang Golek tergantung sejauh mana masyarakat melestarikannya. Jika masyarakat membiarkannya, maka ia akan hilang sebagai kesenian Indonesia. Wayang golek sendiri mayoritas di gemari di daerah jawa barat, hal itu di karenakan bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang golek biasanya adalah bahasa sunda (bahasa sehari-hari yang digunakan dan dipahami warga jawa barat). Namun kendala tersebut tentunya bukan menjadi alasan dan halangan bagi perkembangan wayang golek untuk go nasional dan internasional. Jika melihat realita yang ada justru perkembangan pementasan wayang golek dari tahun ke tahun semakin mendekati kepunahan, hal ini bisa terlihat dengan semakin jarangnya acara-acara pementasan wayang golek. Dulu biasanya jika ada acara hajatan pernikahan atau khitanan sering didatangkan wayang golek, namun belakangan lebih banyak menyuguhkan organ tunggal, mengundang artis terkenal, dll. Selain itu, kita tahu bahwa harga pementasan wayang golek sangatlah mahal, karena banyaknya unsur yang berperan dalam pementasan wayang golek tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi terdapat peran faktor internal dan eksternal didalamnya. Serta keberadaan dalang-dalang yang berkualitaspun semakin sedikit, hal itu bisa dilihat ketika even atau ajang-ajang adu dalang yang memperlombakan kemampuan dalang dalam memainkan wayangnya yang semakin hari semakin sedikit yang mengikuti ajang tersebut. Padahal ajang tersebut merupakan suatu indikator yang dapat menilai kemampuan dan keberadaan dari kuantitas dalang yang ada di Indonesia, khususnya dalang wayang golek.
   Indikator yang lainnya adalah masyarakat di daerah jawa barat sekarang lebih cenderung menyukai pertunjukan atau tontonan lain selain wayang golek, memang masih ada yang masih menyukai dan menonton pementasan wayang golek, akan tetapi untuk sekarang mungkin bisa dihitung jumlahnya mana yang masih senang dengan wayang golek dengan yang tidak senang dengan wayang golek. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita masih bisa melihat penayangan wayang golek di stasiun televisi, namun untuk sekarang sangatlah jarang kita melihat suatu pementasan wayang golek di stasiun televisi. Jika melihat dari berbagai fenomena yang terjadi tersebut kita bisa merasakan dan menyimpulkan bahwa bagaimana wayang golek bisa go nasional dan internasional jika untuk berkembang di daerah sendiri saja sudah sulit dan sudah jarang digemari oleh masyarakat, minimnya ekspos ke dalam berbagai media, baik itu media massa,surat, media televisi, dan lain-lain serta kuantitas dari dalang itu sendiri semakin berkurang.

F.      Akankan Kesenian Wayang Golek Punah?
Kesenian wayang golek yang mulai terlupakan oleh masyarakat  indonesia ini merupakan suatu masalah yang sangat besar, yang tentunya harus dicari segera mungkin pemecahahan masalah dan solusinya. pemerintah Indonesia harus bisa menemukan suatu cara atau kebijakan inovatif untuk menjaga kelestarian wayang golek agar tidak punah ditelan oleh zaman. Identitas suatu bangsa dan negara dapat terlihat dari budayanya, Indonesia yang kaya akan budaya akan terlihat maju dan di pandang oleh negara lain jika dapat melestarikan dan menunjukkan eksistensi budaya tersebut. Ambil contoh negara Jepang, walaupun sudah menjadi negara dengan tingkat perekonomian yang maju, tetapi masih menjungjung tinggi dan melestarikan budayanya tersebut. Negara maju saja masih melestarikan dan mengerti bahwa kebudayaan dalam suatu negara itu penting sebagai identitas suatu negara, sedangkan Indonesia? malah kebudayaan milik dan warisan kita sendiri sekarang oleh negara lain masih suka di akui bahwa kebudayaan milik Indonesia adalah kebudayaan miliknya, bukan milik Indonesia. Hal ini semakin menandakan bahwa Indonesia itu adalah negara kaya akan kebudayaan, namun kebudayaan tersebut jika tidak dikembangkan dan dilestarikan di negara ini sehingga dapat dengan mudah negara lain menuduh bahwa beberapa kebudayaan milik Indonesia adalah miliknya. Kita berharap ke depannya tidak akan terjadi hal demikian, serta adanya suatu kesadaran pula dari masyarakat tentang pentingnya mengenal dan melestarikan budaya Indonesia, khususnya wayang golek.




















BAB 4
PENUTUP

A.      Kesimpulan
A.    Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
B.     Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
C.     Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
D.    asal kata wayang. Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari kata wayangan­ ataubayangan yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud tokoh. Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang berasal dari Wad danHyang, artinya leluhur.
E.     Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak manusia.
F.      Kesenian wayang golek di Indonesia mulai terlupakan yang merupakan masalah yang sangat besar.



















DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang
http://aftaryan.wordpress.com/2008/03/14/pengertian-wayang/

Load disqus comments

0 komentar