Monday, October 10, 2016

biografi maulana malik ibrahim



\


Maulana Malik Ibrahim merupakan wali yang tertua dari Sembilan wali atau wali songo / wali sanga / wali 9.
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. 
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

2.1.  Beberapa Cara Maulana Malik Ibrahin Menyebarkan Islam.
Maulana Malik Ibrahim, dikenal pula dengan sebutan Syekh Maghribi atau juga Sunan Gresik. Meskipun beliau bukan asli orang Jawa, namun beliau berjasa kepada masyarakat. Karena beliaulah yang mula pertama menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Sehingga berkat usaha dan jasanya, penduduk pulau Jawa yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Buddha di kala itu akhirnya mulai banyak yang memeluk Islam. Adapun dari kalangan orang-orang Hindu, hanya dari kasta-kasta Waisya dan Sudra yang dapat diajak memeluk Islam. Sedang dari kasta-kasta Brahmana dan Ksatria pada umumnya tidak suka memeluk Islam, bahkan tidak sedikit dari kalangan Brahmana yang lari sampai ke Pulau Bali serta menetap di sana. Mereka akhirnya mempertahankan diri hingga sekarang dan agama mereka kemudian dikenal dengan sebutan agama Hindu Bali.
Maulana Malik Ibrahim mulai menyiarkan Islam di tanah Jawa bagian timur. Dari sanalah beliau memulai menyingsingkan lengan bajunya, berjuang untuk mengembangkan Islam. Adapun caranya pertama-tama ialah dengan jalan mendekati pergaulan dengan masyarakat. Dengan budi bahasa yang ramah tamah serta ketinggian akhlak, sebagaimana diajarkan Islam, hal itu senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Beliau tidak menentang secara tajam kepada agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli. Begitu pula beliau tidak menentang secara spontan terhadap adat istiadat yang ada serta berlaku dalam kehidupan mereka, melainkan beliau hanya memperlihatkan keindahan dan ketinggian ajaran-ajaran dan didikan yang dibawa Islam. Berkat keramahtamahannya serta budi bahasa dan pergaulannya yang sopan santun itulah, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam Islam.
Untuk mempersiapkan kader umat yang terdidik bagi melanjutkan perjuangan guna menegakkan ajaran-ajaran Islam, maka dibukanyalah pesantren-pesantren yang merupakan perguruan Islam tempat mendidik serta menggembleng para siswa sebagai calon muballigh Islam untuk masa depan. Bertambah banyak orang yang masuk Islam, bertambah berat pula tugas dan pekerjaannya. Tentu saja orang-orang itu tidak dibiarkan begitu saja. Mereka harus diberi didikan dan penerangan secukupnya sehingga keimanannya menjadi kuat dan keyakinannya menjadi kokoh.

3.1.  Peninggalan Maulana Malik Ibrahim
Masjid Tertua di tanah Jawa ternyata ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.  Masjid tersebut adalah Masjid Pesucinan, satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim, di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang  kini dikenal dengan Masjid Tertua di pulau Jawa.
Dalam catatan sejarah perjalanan panjang Syeikh Maulana Malik Ibrahim ke Pulau Jawa,  daerah yang pertama kali dituju dan disinggahi adalah Desa Sembolo atau yang kini dikenal dengan Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik, pada tahun 1389 Masehi. Dahulu, desa ini  berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit, dan terletak persis di bibir laut Jawa, 9 kilometer dari pusat kota Gresik sekarang.
Sayangnya, Tidak banyak catatan sejarah yang bercerita mengenai keberadaan Masjid Pesucinan yang berlokasi di tengah-tengah areal pertambakan tersebut.  Sebab letaknya yang sulit dijangkau oleh kendaraan besar seperti  bus pariwisata, membuat masjid yang berumur sekitar 664 tahun ini tampak asing dari hiruk pikuk kunjungan wisatawan, seperti masjid bersejarah pada umumnya di negeri ini.
Masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim ini, dipercaya penduduk setempat dan beberapa ahli sejarah merupakan masjid tertua di pulau Jawa peninggalan Syeikh maulana Malik Ibrahim, salah seorang diantara tokoh wali songo yang terkenal.
Secara kasat mata, masjid ini tidak terlihat mempunyai nilai sejarah tinggi, sebab telah beberapa kali mengalami pemugaran. Bahkan, dari beberapa catatan yang dihimpun Gresikgress.com, Masjid Pesucinan sudah di pugar beberapa kali, dan pemugaran terakhir terjadi pada tahun 2005.

kesaktian maulana malik ibrahim

Syekh Maulana Malik Ibrahim yang disebut juga Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama yang mengembara. Pada saat mengembara disuatu tempat yang sangat amat panas dari kejauhan ia melihat kerumunan banyak orang. Orang-orang disitu mengelilingi panggung batu-batuan. Diatas batu-batuan itu terdapat seorang gadis berpakaian putih yang di apit oleh dua orang lelaki berbadan besar dan bengis memegangkan tangan sang gadis yang sembari meronta-ronta. Disitu juga ada seorang pendeta yang sedang membacakan matranya. Si pendeta akan memulai upacaranya dengan memegang pisau. 

Ditengah-tengah upacara itu, Sultan Maulana Malik Ibrahim datang mengampirinya. "Ada tontonan apa ini Tuan?", tanya sunan. Lalu si pendeta menjawab "Upacara persembahan Tuan. Dan kenapa gadis itu menjerit dan meronta-ronta?, "Dialah gadis yang sebentar lagi akan dibunuh untuk dipersembahkan kepada dewa hujan". Untuk apa?, agar mendatangkan hujan karena daerah kami sudah mengalami kemarau yang berkepanjangan, sehingga ladang kami tidak bisa menghasilkan panen. 

Sesaat lagi si pendeta akan menikamkan pisaunya ke tubuh sang gadis. Hei Kalian ! TUNGGU ! Jangan dibunuh gadis itu ! ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim. Lalu Sunan memohon agar upacara ini diberhentikan akan tetapi kedua orang laki-laki berbadan besar langsung menyergap Sunan Maulana Malik Ibrahim untuk ditangkapnya. Namun baru beberapa langkah saja kaki mereka berdua lumpuh tidak bisa bergerak. 

Maaf Tuan - Tuan semuanya! kami ingin membatu kalian, ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim. Lalu dibantah oleh si pendetanya "Ah Omong Kosong! kalian tidak mungkin dapat membantu kami. Kami memerlukan air hujan!". Lalu Sunan berkata kepada orang-orang disekitarnya, "Sudah berapa korban yang dibunuh?", "Ini korban yang ketiga Tuan" ucap orang-orang disitu. "Apakah hujan sudah turun ?", "Belum Tuan!" ucap orang-orang disitu. "Apakah kalian ingin tetap hujan turun?", "Betul Tuan, kami sangat membutuhkan air hujan" ucap orang-orang secara serempak."Baik Insya Allah Tuhan akan menolong kalian" ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim. 

Sunan Maulana Malik Ibrahim bersama kelima muridnya menghadap ke kiblat, melakukan shalat sunah Istiqah (memohon hujan) dua rakaat. Beberapa saat kemudian langit terlihat mendung lalu hujan turun dengan lebatnya.

Orang-orang bersorak gembira. sudah lama sekali mereka menantikan kehadiran hujan deras seperti ini. Bapak-bapak Ibu-ibu sekalian berhentilah bersorak-sorak dan menari. Tenanglah !. Mari kita bersama-sama mengucap syukur Alhamudlilah ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim. 

Lalu Sunan berkata jangan berterima kasih dan menyembah-nyembah kepadaku, karena hujan yang turun ini adalah kehendak Allah, lalu orang-orang tersebut diajarkannya mengucap dua kalimat sahadat dan masuk agama Islam.







 BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
3.2.Saran

Tiada gading yang tak rentak begitulah kata pepatah. Seperti halnya makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapan agar makalah ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran sejarah peradaban islam
Load disqus comments

0 komentar